Jalan-jalan ke Malang

Beberapa bulan terakhir ini, aku sama suami mengalami kelelahan jiwa raga. Kerjaan lagi sibuk-sibuknya. Belum lagi, aku harus bolak-balik rumah sakit setiap hari Sabtu buat check up dan ambil obat. Ibarat baterai, tubuh ini sudah lowbat, butuh di charge dengan piknik.

Kalau pas ada rejekinya, kami berdua memang selalu menargetkan bisa jalan-jalan untuk merayakan hari jadi pernikahan kami. Pas anniversary pertama kemarin kami ke Bali, yang kedua ini pengen yang deket-deket aja karena lagi takut naik pesawat.

Pilihannya antara Bandung atau Malang. Piknik ke Bandung udah sering sih, tapi belum pernah pergi berdua. Pada akhirnya, kami memutuskan untuk piknik 3 hari 2 malam ke Malang karena diantara kami berdua belum ada yang pernah kesana.

Kami booking tiket kereta untuk tanggal 28 November, di pas-in sama tanggal gajian biar uang sakunya banyakan dikit, hehe. Kalau hotelnya, aku udah booking penginapan di Batu Malang.

Hari Rabu tanggal 28 November, kami berangkat jam 19.00 naik taksi online ke Stasiun Tugu. Niatnya emang berangkat lebih awal biar bisa makan dulu di Loko Cafe sambil nunggu KA Malioboro Ekspress yang jadwal keberangkatannya jam 20.45.

kiri: Loko Cafe
kanan: gerbong KA Malioboro Ekspress

Kami sampai di Stasiun Malang Kota Baru jam 03.49, masih kepagian emang buat jalan-jalan. Tapi rencananya emang mau istirahat dulu, cuci muka, dandan dan langsung jalan dari pagi.

Sebelum berangkat ke Malang, aku diminta suami susun itinerary. Karena kami nginep di Batu, dan check in-nya masih jam 12 siang, aku cari-cari lokasi wisata di Malang. Nggak banyak sih, karena daya tarik kota Malang terletak pada wisata kulinernya, persis kayak Solo gitu.

Tujuan pertama kami adalah Kampung Warna Warni Jodipan, yang jaraknya nggak jauh dari stasiun, kurang lebih 1 km doang. Bisa ditempuh jalan kaki sekitar 10 menitan. Aku juga udah searching kuliner apa di area stasiun dan Jodipan yang buka dari pagi, biar kami bisa sarapan dulu.

Rawon Tessy masih kemebul gaes, mantab betul….

Kami keluar stasiun sekitar jam 07.00, biar pas sama jam buka restorannya. Dari pintu stasiun kami jalan ke arah kiri kurang lebih 500 meter dan sampailah kami di Rawon Tessy. Berdasarkan review di google local guide, banyak yang merekomendasikan tempat ini. Kami customer pertama yang datang pagi itu.

Kuah rawonnya gurih, gorengannya juga beragam jenisnya, porsinya juga pas. Selain itu yang terpenting adalah masih terjangkau di kantong. Setelah perut kenyang, tenaga juga udah terisi kembali, kami lanjut jalan ke arah kiri, nyeberang jalan dan sampailah kami di jembatan Kali Brantas. Dari sini, warna-warni kampung Jodipan sudah terlihat. Foto dari jembatan ini udah kayak di Santorini Yunani lah pokoknya, versi hemat, udah pakai efek getaran kalau ada kendaraan berat lewat. Hehe.

Santorini KW yang berwarna warni :))

Di sebelah Kampung Warna-Warni ada Kampung Tridi (lukisan 3D) dan Kampung Arema (yang serba biru). Tapi kami cuma ke Kampung Warna-Warni aja. Tiket masuknya dikelola oleh warga, yang cuma Rp 3000/orang, gils murah banget cuy.

yang demen foto ala ala wajib mampir sini

Kampung Jodipan ini awalnya kampung kumuh di pinggiran Kali Brantas, tapi disulap menjadi ber-value dengan dicat warna-warni oleh mahasiswa KKN UNM. Karena sudah cantik dan terawat, kampung ini pun menjadi spot wisata baru dan meningkatkan perekonomian warga Jodipan. Tapi inget ya temen-temen, karena ibaratnya kita masuk ke kampung orang, jadi ya jangan buang sampah sembarangan dan permisilah gitu sama warga sekitar.

Puas keliling dan foto-foto, kami order taksi online menuju Batu. Drivernya telepon, kami diminta jalan ke arah yang ‘aman’ biar bisa di pick up. Meski udah cukup jauh dari area stasiun, ternyata taksi online dilarang pick up penumpang di area stasiun dan Jodipan karena udah ada rute angkotnya.

Perjalanan Malang ke Batu hanya sekitar 30 menit dalam kondisi jalanan lancar. Nggak macet, karena memang masih weekdays. Kata drivernya sih kadang bisa lebih dari 1 jam kalau weekend. Kami menginap di Apple Green Hotel, yang udah kami booking via Pegipegi.

Hotel ini recommended banget sih bagi kalian yang pengen nginep di Batu. Lokasinya tuh strategis banget. Cukup dekat dengan lokasi-lokasi wisata seperti Museum Angkut, Jatim Park dan Alun-Alun Batu. Di seberang hotel persis juga ada swalayan, toko oleh-oleh, dan banyak banget penjual jajanan. Mau ke mall juga deket banget.

Setelah istirahat dan bersih-bersih, kami jalan kaki ke Alun-Alun Batu, waktu tempuhnya hanya sekitar 15 menit. Sepanjang jalan banyak yang jualan tahu petis, gorengan favorit kami berdua, masih anget digoreng dadakan. Yummy, wajib beli sih ini.

Alun Alun Kota Batu

Alun-alun Batu ini lebih kayak taman bermain gitu, ada bianglala dan wahana permainan. Kalau di Jogja kayak Sekaten, tapi ini tiap hari ada, nggak musiman kayak Sekaten. Keren sih, warganya kan jadi punya tempat buat jalan-jalan bareng keluarga yang nggak melulu ke mall.

Di pojokan alun-alun, ada semacam pusat jajanan gitu. Surga makanan banget sih ini. Segala jajanan ada, mulai dari bakso bakar, wedang angsle, tahu petis, jagung bakar, tahu telur, dan banyak bangetlah yang bikin pengen dibeli semua. Dan yang paling rame dan hits tuh Pos Ketan Legenda 1967.

Pos Ketan Legenda – 1967

Kami pesan ketan duren. Di Jogja juga ada cabangnya sih Pos Ketan ini, tapi kata orang-orang rasanya beda, lebih enak. Hmm, tapi bagi kami B aja sih, kenapa ya. Hahaha. Mungkin karena ekspektasi kami terlalu tinggi, tapi ya tetep wajib dicoba biar sah jalan-jalan dan makan-makan kuliner Batu-nya.

Kami lanjut beli beberapa jajanan dan dicemil sambil duduk di pinggir alun-alun. Agak gerimis malam itu, tapi kami emang udah bawa payung. Di jalan menuju pulang, kami mampir ke Bakso Cak Man Malang, iya, bakso yang biasanya ada di mall-mall itu. Disini cuma kayak warung bakso biasa gitu, dua lantai. Pas banget kan, makan bakso panas disaat hujan rintik-rintik gitu. Kami balik ke hotel lagi dalam keadaan perut kekenyangan.

Sampai di hotel, aku dikabarin sama Pak Bos buat berangkat ke Bandung hari Senin. Ada meeting sama klien hari Selasa paginya. What?!! Itu artinya aku naik kereta lagi dong. Ditawarin naik pesawat, tapi aku nggak berani sendirian setelah ada insiden pesawat jatuh itu. Suami juga nggak bisa ikut ke Bandung karena ada meeting juga tiap Senin. Ya jadi, rencanaku ke Malang atau Bandung terlaksana semua, meski ke Bandungnya sendirian dan nggak dalam rangka piknik.

Nah, jalan-jalan di Batu Malang yang sesungguhnya dimulai di hari kedua. Kami sarapan jam 08.00, menu breakfast hotelnya lumayan enak dan beragam. Tujuan pertama adalah Jatim Park III. Menuju Jatim Park III cuma Rp 7000 doang naik taksi online. Kebayang kan jaraknya seberapa, deket pokoknya. Kami emang prefer naik taksi online aja daripada nyewa mobil atau motor, biar suami nggak perlu mikir jalanan. Biar liburannya maksimal.

Jatim Park III ini berupa mall, yang judulnya Dino Mall. Di dalam mall ini ada banyak wahana, tapi yang paling rame tuh Dino Park. Lainnya ada Galeri Musik Dunia, The Legend Star, Infinite World, The House of Zombie, dan Fun Tech Plaza. Masing-masing wahana ini ada tiketnya sendiri, tapi kalau kalian pengen masuk ke 2 atau 3 tempat sekaligus ada paket bundling-nya. Yang jelas harganya jadi lebih murah.

Kami memilih Dino Park dan Galeri Musik Dunia, tentu saja karena suami suka sama musik dan sejarahnya, aku mah apa atuh taunya cuma Kpop aja. Tiket masuk Dino Park Rp 100.000, Galeri Musik Dunia Rp 50.000, tapi paket bundling-nya Rp 120.000/orang.

Dino Park dibuka pukul 11.00, waktu openingnya ada pertunjukan dance yang dancernya mengenakan kostum jadul dan ada juga orang naik dinosaurus macam naik kuda gitu. Pengunjung bisa foto gratis sama mereka.

Pertama masuk wahana ini, kita akan disuguhi beberapa replika rangka dinosaurus beserta keterangan sejarahnya gitu. Suasananya mirip kayak di film Night at the Museum. Lanjut, kami naik kereta 5 zaman. Untung kami kesananya pas weekdays jadi nggak antri, dapet tempat duduknya juga di paling depan.

Waktu keretanya jalan, di kanan dan kiri ada replika dinosaurus yang bisa bergerak dan mengeluarkan suara. Kami yang orang dewasa aja kagum, apalagi buat bocah nih. Cocok deh buat liburan keluarga gitu.

bermain bersama Dino

Area Dino Park ini juga luas banget, kalau kalian capek jalan, bisa sewa e-bike dengan tarif Rp 100.000/3 jam. Kami mah jalan aja, sekalian olahraga. Sudah terlalu banyak duduk di depan laptop sehari-harinya.

Banyak spot foto dan wahana yang menarik untuk dikunjungi. Kami pun mencoba wahana naik perahu yang masuk ke laboratorium profesor gila. Persis kayak naik kereta 5 zaman tadi cuma ini agak horor sih karena gelap dan ada suara-suara gitu. Berasa masuk ke goa yang penuh dinosaurus. Endingnya, perahu meluncur dari ketinggian dan keluar dari goa. Berasa naik roller coaster tapi versi di air gitu.

Selesai berkeliling di Dino Park, kami lanjut ke Galeri Musik Dunia. Di lantai satu dipamerkan alat-alat musik tradisional dari berbagai negara. Suami sih asik banget tuh nontonnya, aku mah ya selfie-selfie aja. Mbak-mbak penjaga galerinya ramah-ramah banget, malah menawarkan buat fotoin aku, sambil ngarahin ke spot-spot yang bagus buat foto.

Di lantai dua, ada patung replika seleb musik dunia beserta karya-karyanya. Kayak the Beatles, Michael Jackson, dsb. Di bagian Kpop bahkan ada replika Psy. Nah disini ini yang bagiku paling asik, karena lagu yang diputer Kpop.

Galeri Musik Dunia

Sampai ke area musik dangdut, ada panggung dan layar TV besar. Mbak penjaganya bilang, pengunjung bisa karaokean. Wahhhhh… bahagianya aku. Akhirnya bisa nyanyi di panggung. Wkaakakaka. Aku pun karaokean lagu andalan, Payung Hitam nya Iis Dahlia. Nggak peduli suara pas-pasan deh, cuma ada aku, suami dan mbaknya penjaga doang. Untung aja pas lagi sepi, kalau nggak, mana berani. Haha.

Keluar dari Galeri Musik Dunia, kami makan di Dino Mall. Ada banyak pilihan restoran, ya kayak mall-mall pada umumnya. Kami makan bento aja yang gampang di Japanese Bento.

Dari Jatim Park III kami lanjut ke Museum Angkut. Kami order taksi online lagi, ke Museum Angkut juga cuma Rp 7000 kalau nggak salah inget.

Tiket masuk Museum Angkut Rp 100.000/orang dan kalau bawa kamera harus nambah charge Rp 30.000.

Di museum ini dipamerkan mobil-mobil antik dari jaman jadul dan alat transportasi lainnya kayak pesawat, gerbong kereta, dan yang tradisional kayak andong gitu.

Mas suami yang suka banget sama mobil, sudah tentu excited sekali. Aku yang nggak paham dunia otomotif ini ya tentu saja selfie-selfie aja. Banyak spot foto yang menarik disini. Ada beberapa set yang didesign khusus kayak di luar negeri, contohnya Gangster Town, Broadway Street, zona Eropa, zona Las Vegaz, Batavia, dan sebagainya.

Bagi yang pengen berburu foto ala-ala, cucok banget sih di Museum Angkut ini. Banyak spot yang instagramable.

Di bagian paling ujung, ada Pasar Apung Nusantara, dimana kalian bisa jajan-jajan. Agak mirip Floating Market di Lembang Bandung itu sih, jadi penjualnya ada di perahu gitu. Kalau mau sewa perahu juga bisa kok, tapi waktu nyampe di Pasar Apung itu, tiba-tiba hujan lumayan deres. Jajanannya juga biasa aja sih, nggak membuat kami pengen jajan.

Kami balik ke hotel sekitar jam 17.00, rencananya malemnya mau lanjut ke Batu Night Spectacular (BNS). Emang udah janjian mau ketemuan disitu sama temen yang tinggal di Malang. Temen di Jogja yang kebetulan juga lagi ada acara di kota Malang, juga pas banget mau naik ke Batu. Yaudah kami jadi jalan berlima di BNS.

Jarak hotel ke BNS ini lumayan jauh dibanding ke Jatim Park III dan Museum Angkut. Naik taksi online sekitar Rp 12.000. Btw, taksi online disini yang aku sebutin dari tadi tuh Grab ya, karena di Malang ini lebih banyak armadanya Grab daripada Gojek, begitu kata bapak drivernya. Bayarnya juga pake OVO jadi lebih murah gitu.

Tiket masuk BNS juga Rp 100.000/orang, untuk tiket terusan. Yang artinya, kamu sudah bebas naik semua wahana tanpa perlu bayar lagi. Kalau cuma tiket masuk biasa, Rp 30.000/orang (weekdays) dan Rp 40.000/orang (weekend). Tapi kalau mau naik wahana, harus bayar lagi per wahana yang rata-rata di charge Rp 15.000. Jadi mending beli tiket terusan aja sekalian, jatuhnya lebih murah.

Batu Night Spectacular (BNS) = Sekaten versi upgrade

Suami dan temen-temen yang cowok semua itu bergantian naik wahana Rodeo. Yang mampu bertahan di atas banteng selama 1 menit akan mendapat hadiah berupa es krim, tapi nggak ada satu pun diantara mereka yang menang. Langsung jatuh dalam hitungan detik. Terngakak banget sih ini.

Kami lanjut naik 4 wahana yang sukses mengaduk perut, diantaranya kursi lempar dan gravitasi. Ya Allah, baru kali ini rasanya mabok mau muntah tuh, kupikir selama ini cuma mitos. Haha.

Sekitar jam 21.00 malam kami pun makan di area foodcourt BNS. Sepi banget, mungkin karena sesorean hujan dan masih termasuk weekdays juga. Ada panggung live musicnya. Kalau jajan disini, modelnya kayak isi e-money di kartu yang disediakan di BNS. Jadi kami harus deposit dulu di bagian CS-nya, bayar di tenant-nya pakai kartu, terus nanti kalau saldonya masih sisa, bisa dicairkan lagi di CS.

Makanan disini biasa aja sih, nggak recommended. Tapi ya lumayan daripada harus cari makan keluar. Udah mabok berat, butuh makan. Hehe.

Di tengah makan, live music-nya berhenti dan kemudian lampu dimatikan. Kami pikir udah mau tutup, ternyata ada atraksi air mancur dan laser show disertai musik gitu. Seru!

Oiya, BNS ini buka dari jam 15.00 sampai jam 00.00, jadi nggak perlu buru-buru balik. Tapi kalau kalian nginepnya di Malang, mending jangan malem-malem baliknya, karena banyak driver taksi online yang nggak mau ambil orderan turun ke Malang kalau udah kemaleman. Kalau bawa kendaraan sendiri sih, bebas.

Sampai di hotel lagi, baru kerasa capeknya. Langsung pada tidur, dan aku pun masih pake jeans nggak hapus make up. Efek mabok naik wahana BNS, jadi teler.

Paginya, setelah sarapan dan bersih-bersih. Kami packing kembali dan siap-siap turun ke Malang. Kereta balik ke Jogja masih jam 16.00 sih, rencananya kami cuma mau kulineran sama beli oleh-oleh aja di Malang.

Kami check out dari hotel jam 12.00. Karena udah masuk weekend, jalanan ke stasiun Malang macet banget. Sampai stasiun aja udah jam 13.30. Sama driver Grab direkomendasikan makan Bakso Cak Toha, deket stasiun. Kata bapaknya, bakso ini terenak di Malang, lebih enak daripada bakso-bakso yang hits kayak Bakso Pahlawan atau Presiden.

bakso ter-endeus sejagad raya

Karena waktu kami nggak banyak, kami coba cari bakso Cak Toha itu. Dari pintu stasiun ke kanan, jalan sekitar 200 meter ada di kanan jalan. Kita bisa ambil sendiri baksonya, ada varian seperti siomay, bakso urat, bakso goreng, dan tahu bakso. Kalau mau paket komplit, diambilin sama bapaknya, seporsi komplit harganya Rp 20.000.

Ya Allah beneran enak banget. Bakso terenak yang pernah aku makan kayaknya. Sebagai orang Wonogiri asli yang dibesarkan di lingkungan warung bakso, aku mengakui bakso Cak Toha memang juara. Huhu. Kami aja sampe nambah satu mangkok lagi.

Sudah kenyang, waktunya pulang. Kami mampir dulu di toko oleh-oleh deket stasiun buat beli keripik buah. Nggak lama nunggu di stasiun, kami pun berangkat naik KA Malabar. Kami sampai Jogja jam 23.23. Masih ada hari Minggu buat istirahat sebelum Senin pagi naik kereta lagi ke Bandung.

Sekian postingan panjang tentang piknik 3 hari 2 malam kami di Malang dan Batu. Seru banget sih liburan ke Malang, nggak ada yang zonk. Masih pengen jalan-jalan kesana lagi karena masih banyak tempat yang pengen dikunjungi.

3 Comments

  1. Situs Listing Mobil

    September 8, 2019 at 7:21 pm

    sangat menarik, terus update ya.

    1. Linda Maya

      September 8, 2019 at 10:41 pm

      hehe makasih ya feedback-nya..

  2. NUR ROSYID

    November 11, 2019 at 8:29 pm

    bagus, tapi sayangnya jauh dari tempatku

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.