Korban Gunung Agung
Lanjutan dari episode (Late) Honeymoon sebelumnya,
Aku dan suami balik dari Nusa Lembongan naik kapal jam 13.00 WITA dan setengah jam kemudian kami sudah ngantri makan di Warung Mak Beng, tempat makan yang hits banget di Bali.
Lokasinya ya masih di area Pelabuhan Sanur dan menu makanan yang ditawarkan cuma satu, yaitu paket ikan goreng+sop ikan+nasi dibanderol dengan harga Rp 45ribu. Enak bgt ini!!! Sop ikannya juara sih menurutku, apalagi dimakan dalam keadaan lapar dan agak sedikit mabok laut begitu. Langsung seger!! Sampai kelupaan foto makanannya… sungguh suatu hal yang jarang terjadi kepadaku, ck ck.
Oiya, minus-nya disini banyak anjing (sepertinya anjing tak bertuan ya) yang kayak nungguin di kasih makan gitu, diriku yang sama kucing aja takut ini makannya jadi buru-buru banget, takut disamperin anjingnya 🙁
Selesai makan, kita naik Go-Car ke hotel Amaris Kuta. Kebetulan sebulan sebelum kami ke Bali, ada promo dari kartu kredit BCA, diskon untuk semua hotel di bawah Santika Group. Pas banget kan, cukup bayar Rp 200ribu udah bisa nginep di hotel budget dan dapet breakfast pula. Emak-emak suka deh yang ada bau-baunya diskon begini.
Agak sorean gitu, kami jalan-jalan menuju Pantai Kuta sambil bergandengan tangan ala FTV gitu biar keliatan honeymoon beneran. Menjelang malam, udah laper lagi kan. Biar jelas halal, kami cari makan di mall aja. Sekalian janjian ketemuan sama Tika di Beachwalk.
Tika seharusnya udah naik pesawat balik ke Jakarta malam itu, Senin jam 19.00 WITA jadwalnya. Penerbangannya terpaksa cancel karena Bandara Ngurah Rai ditutup sampai Selasa pagi jam 07.00 WITA akibat letusan Gunung Agung. Penerbangan mereka di-reschedule oleh pihak maskapai menjadi hari Selasa jam 23.30 WITA. Which is, duluan jadwal flight-ku ke Jogja dibanding Tika. Terpaksa dia harus extend hotelnya dan cuti kerjanya juga. Yaudah, diambil sisi positifnya kan kita jadi bisa ketemuan, hehe.
Malam itu banyak yang Whatsapp nanyain kabar kami di Bali. Kalau nonton berita di TV sih seperti agak mencekam gitu kan, tapi itu hanya di sekitaran Gunung Agung di wilayah Karangasem, Bali Utara, yang notabene berjarak hampir 60 km dari Kuta. Tidak ada abu vulkanik yang turun di wilayah Kuta dan sekitarnya akibat letusan Gunung Agung. Tidak seperti pengalaman kami saat Jogja diguyur abu letusan Gunung Merapi di tahun 2010 dulu.
Malam itu pun kami sempatkan belanja oleh-oleh ke Krisna dengan keyakinan bahwa besok bandara udah dibuka kembali. Aku dan suami pun masih bisa tidur nyenyak malam itu. Kalau Tika, jangan ditanya, sudah pasti gelisah kepikiran kerjaan yang dia tinggalin di Jakarta.
Paginya, Mas suami dapet sms AirAsia dong. Flight kita juga di-cancel karena penutupan bandara diperpanjang sehari. HAHAHAHA…
Aku sih bisa-bisa aja kalau pun mau extend cuti sehari atau dua hari lagi, nungguin bandaranya dibuka lagi. Tapi suami juga udah dikejar beberapa deadline kerjaan. Yaudah, akhirnya kami memutuskan untuk naik bus, daripada tetep nunggu penerbangan beroperasi normal yang enggak tau kapan, tergantung Gunung Agung-nya. Kami berdua pun mengajukan cuti tambahan ke Pak Bos masing-masing, yang Alhamdulillah langsung acc semua. Faktor alam kan nggak bisa disalahkan.
Setelah sarapan, Tika kasih kabar kalau Om-nya dia yang kerja di salah satu PO bus booking-in kami berempat tiket bus ke Jogja. Nanti, Tika bisa lanjut naik pesawat ke Jakarta dari Solo atau Jogja. Karena bus-nya baru berangkat jam 15.00 WITA, kami berempat jalan-jalan dulu ke Pantai Kuta biar nggak ngenes banget gitu loh.
Sekitar jam 12.00 WITA kami check out hotel kami masing-masing, dilanjut naik Go-Car berempat ke Pool Bus Setiawan di daerah Terminal Ubung. Bus pun berangkat jam 15.00 WITA. Kami yang berangkat berdua, jadi pulang berempat. Alhamdulillah jadi rame dan happy-happy aja meski naik bus yang memakan waktu hampir 24 jam. Berasa piknik jaman SMP SMA gitu kan, hihi.
Sekitar sepertiga dari jumlah penumpang adalah turis asing yang juga terpaksa naik bus agar bisa balik ke negaranya masing-masing. Tiket penerbangan di Bandara Juanda kabarnya sudah sold out jadi opsinya ya memang harus terbang dari Solo atau Jogja.
Menjelang Maghrib, bus yang kami tumpangi tiba di Pelabuhan Gilimanuk. Tentu saja yang bikin lama mencapai Pulau Jawa adalah antrian bus masuk ke kapal ferry. Ya mau bagaimana lagi kan, bus merupakan opsi satu-satunya moda transportasi yang bisa keluar dari Bali. Saking padatnya lalu lintas penyeberangan di Gilimanuk-Ketapang malam itu, kapal pun harus antri berlabuh di Pelabuhan Ketapang Banyuwangi. Cuaca sedang bagus, ombak pun tenang, sebenernya suasananya romantis juga sih.
Sepanjang jalan aku dan suami bisa ngobrolin banyak hal tanpa gangguan laptop dan gadget. Suatu keadaan yang jarang terjadi di rumah, karena kami berdua tidak bisa lepas dengan laptop masing-masing kalau (suami) udah kerja dan (aku) nonton drama. Ini juga romantis banget loh, sungguh! hehe.
Rabu jam 12.00 WIB, bus kami pun sampai di kota Solo, Tika dan Fenty turun untuk lanjut naik pesawat dari Bandara Adi Sumarmo dan kami berdua melanjutkan perjalanan ke Jogja. Honeymoon yang berlanjut “piknik keluarga” ini sangatlah seru. Banyak melenceng dari rencana awal yang mau piknik cantik, tetapi berakhir dengan perjalanan yang penuh dengan perbincangan hangat dan bermakna. 🙂
Sampai ketemu lagi di Jogja bulan Februari ya Tika. Meski pertemuan kita di Bali penuh drama, but that was super fun!!! Bisa jadi cerita ke anak cucu kita nanti. ^^
Leave a Reply