Hobi dan Cita-Cita

Apa cita-cita masa kecil kalian? Ketika sekarang udah dewasa, terwujud nggak?

Kata ibuku, aku pengen banget jadi artis. Wkakaka. Sepertinya aku terlalu banyak nonton sinetron kala itu.

Tapi sewaktu SMP, cita-citaku berubah. SMP udah mulai mengenal novel-novel teenlit gitu kan, jadi aku berganti cita-cita menjadi seorang penulis.

Sejak SMP aku suka nulis cerita-cerita fiksi, yang tentu saja hanya ditulis di buku diary tanpa ada orang lain yang baca. Aku kala itu belum se-pede sekarang.

Selain ide dan konsistensi, ternyata rasa percaya diri juga diperlukan dalam menulis. Bagaimana bisa jadi penulis kalau aku sendiri nggak pede mempublikasikan tulisan?

Waktu aku kelas 3 SMP, sekolahku mau menerbitkan majalah sekolah untuk pertama kalinya. Dibentuklah 5 orang pengurus majalah sekolah yang dipilih melalui open recruitment. Siapapun yang berminat join jadi tim majalah sekolah harus mengumpulkan karyanya.

Sebenernya, aku udah mempersiapkan beberapa judul cerpen. Tetapi begitu denger kalau temenku yang super pinter ikutan submit tulisan juga, aku mundur teratur karena nyali udah ciut duluan.

Untung aku bisa gambar, nggak jago, tapi ya bisalah. Akhirnya aku submit gambar berupa karikatur kritik sosial. Bukan karena tulisan, tapi karena gambar karikatur yang membuat aku terpilih menjadi satu dari lima pengurus majalah sekolah.

Masuk SMA, bukannya tambah pede malah tambah minder. Aku bahkan nggak ikut organisasi sekolah sama sekali. Sampe sekarang aku masih sering bertanya-tanya, kenapa aku nggak gabung buletin sekolah aja dulu.

Aku pernah mengirimkan cerpen ke buletin sekolah, tapi aku berpesan ke redaksinya untuk merahasiakan nama pengarangnya, alias anonim gitu. Saking takutnya mendapat komentar negatif, duh. Padahal sebenernya respon temen-temen terhadap cerpenku cukup positif.

Ketika aku kuliah dan masuk prodi Fisika, aku sadar kalau cita-citaku jadi penulis bakal susah diwujudkan. Belajar ilmu sains kok mau jadi penulis, ngarang apa? buku kumpulan rumus? Alih alih menjadikannya sebagai cita-cita, aku menjadikannya sebagai hobi saja.

Waktu itu juga udah ada laptop, jadi ketik-ketik jadi lebih gampang. Kalau ketemu wifi gratis ya di-upload ke blog. Isi blog-nya macem-macem, ada cerpen, cerbung, dan juga curhatan cinta-cintaan.

Malah ada satu cerbung yang ide ceritanya dari temen-temen satu geng. Masing-masing bikin konsep terus aku tuangkan dalam kata-kata, jadi ada empat tokoh dan empat sudut pandang. Kami pun bermimpi suatu saat kisah persahabatan dan cinta di blog tersebut bisa dicetak jadi novel.

Btw, blog-nya udah dihapus demi menyelamatkan jejak digitalku di masa depan. Haha.

ekspresi nggak santai kalo lagi semangat menulis sesuatu :))

Aku mulai meninggalkan genre fiksi setelah lulus kuliah dan diterima bekerja sebagai jurnalis Detikcom. Karena setiap hari dituntut untuk menulis artikel tentang kesehatan di kanal Detikhealth, otomatis cara penulisan juga berubah. Yang awalnya menulis dengan genre fiksi, berubah menjadi non fiksi yang harus sesuai dengan KBBI.

Jurnalis termasuk penulis nggak sih? Nggak ya? Haha maksa banget. Pikirku dulu “wah meskipun aku sarjana sains, aku bisa mewujudkan cita-cita jadi penulis”. Meskipun jadi jurnalis cuma setahun aja sih.

Aku mulai menulis blog kembali setelah termotivasi oleh kata-kata suami. Dia bilang urgensiku untuk ngobrol dan cerita sangat tinggi (mungkin maksud doi: cerewet), jadi mending disalurkan aja lewat tulisan.

Saking niatnya mendukung kegiatanku buat nge-blog, suami sampe beliin domain. Katanya biar lebih terlihat profesional. Saran suami, tulislah hal-hal yang sedang disukai biar aku semangat dan enjoy ngerjain hobi ini.

Karena dalam dua tahun terakhir ini aku sedang hobi nyobain skincare, jadi mostly isi blog ini tentang skincare dan makeup. Tetapi nggak menutup kemungkinan bakalan membahas hal lain ke depannya.

ekspresi nggak santai (2) waktu ketik-ketik di laptop

Menulis blog bagiku selain menyalurkan hobi juga relieve stress. Ketika aku punya banyak hal di kepala yang pengen diceritain tapi nggak tau mau cerita ke siapa, tulis aja di blog.

Awalnya, aku nggak expect bakalan ada yang baca sih. Karena niat awalnya kan cuma pengen punya tempat buat ‘ceramah’ aja. Tapi ternyata sejauh ini aku mendapat respon positif dari beberapa pembaca melalui kolom komentar maupun DM instagram. Hal ini yang memacu semangat untuk terus menulis.

Yok makin semangat update blog, kalau bisa tiap hari gitu lho, masa kalah sama postingan youtube-nya Atta Halilintar. Hehe.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.