Nonton Pertunjukan Tari Kecak di Pura Uluwatu Bali

Kalian punya wishlist yang ingin dilakukan bersama pasangan nggak? Misal pengen naik gunung bareng atau dinner romantis di hotel bintang 5 gitu.

Aku punya wishlist nonton konser musik bareng suami. Kedengarannya sepele memang, tetapi nggak bagi kami yang selera musiknya jauh berbeda.

Mana mungkin aku tega ngajakin suami nonton konser K-Pop. Dia juga pernah berangkat nonton konser Dream Theater sendirian karena aku nggak paham sama lagu-lagunya.

Jalan tengahnya adalah nonton pertunjukan seni aja, seperti Sendratari Ramayana di Candi Prambanan atau Tari Kecak di Bali. Ternyata yang kesampaian duluan malah yang jauh, sekalian piknik ke Bali soalnya.

Pertunjukan Tari Kecak diselenggarakan di beberapa tempat, tetapi yang paling terkenal adalah di Pura Luhur Uluwatu. Sebelum berangkat ke Bali, aku sudah browsing informasi tentang jadwal pementasannya, cara memperoleh tiketnya, dan juga best seat untuk mendapatkan view terbaik.

Jadwal pertunjukan Tari Kecak Uluwatu tersedia setiap hari yang dimulai pada pukul 18.00 WITA sampai 19.00 WITA. Harga tiket pertunjukannya adalah Rp 100.000/orang jika beli on the spot, namun jika kita booking tiket via online akan lebih murah yaitu Rp 85.000/orang.

Ada beberapa website yang menjual presale tiket Tari Kecak Uluwatu. Aku booking tiket melalui uluwatukecakdance.com karena tampilan website-nya cukup menjanjikan. Mereka juga punya akun instagram @uluwatukecakdance_.

Kita cukup menghubungi via whatsapp dan melakukan pembayaran tiket via transfer bank, selanjutnya admin akan mengirimkan e-ticket berupa file PDF yang nanti bisa ditukarkan dengan tiket fisik setelah sampai di venue. Adminnya juga menyarankan untuk datang lebih awal, minimal sudah ready satu jam sebelum pertunjukan dimulai.

Baca juga cerita hari pertama di Bali: Di Rumah Aja, Kangen Piknik…

Jarak tempuh dari hotel tempat kami menginap di Kuta menuju Uluwatu itu hampir 25 km. Padahal aku pengen makan siang di Mak Beng dulu, yang mana lokasinya tuh di Sanur. Jadi total keseluruhan jarak yang harus kami tempuh itu sekitar 70 km PP. Udah kayak perjalanan Jogja-Solo aja kan, haha.

Aku sempet khawatir kalau suamiku bakalan bete karena harus naik motor sejauh itu. Bahkan aku usul sewa mobil aja untuk akomodasi hari kedua di Bali. Tetapi ternyata doi santai aja. Naik motor mudik ke Wonogiri sejauh 126 km aja dijabanin kok. 😛

Sekitar pukul 11.00 WITA, kami berangkat menuju Sanur buat makan siang di Warung Mak Beng. Restoran di pinggir Pantai Sanur yang pernah kudatangi di tahun 2017. Pengen balik kesini lagi karena rasanya bikin nggak bisa move on. Ikan goreng dan sop ikannya itu enak banget.

Ternyata harganya udah naik guys. Paket standar yang terdiri dari nasi, ikan goreng, dan sop ikan dibanderol Rp 55.000. Di kunjungan pertamaku dua tahun lalu sepaket masih Rp 45.000. Wajarlah ya. Pokoknya, makan berdua sama minum es jeruk itu sekitar Rp 150.000.

Kalau soal rasa, masih sama enaknya. Cuma kami merasa lebih mantab pas pertama kali datang dulu. Mungkin karena faktor abis mabuk laut setelah naik kapal dari Nusa Lembongan kali ya. Kalau kalian abis naik kapal dari Nusa Lembongan atau Nusa Penida via Sanur, cobain deh makan disini. Beuh, surga dunia!

Selesai makan siang kami duduk-duduk dulu di Pantai Sanur. Siang bolong banget ini, panasnya pol-polan. Setelah beristirahat sejenak sambil reapply sunscreen biar kulit nggak gosong, kami pun melanjutkan perjalanan ke Uluwatu.

Kalau kalian lihat peta Bali, Pura Uluwatu tuh letaknya di paling ujung selatannya Bali. Searah dengan lokasi Garuda Wisnu Kencana dan Pantai Pandawa yang hits banget itu.

Terjadi perdebatan kecil diantara kami di perjalanan menuju Uluwatu. Kata suami mending lewat Jalan By Pass Ngurah Rai aja meski di maps banyak yang merah karena ada kemacetan di beberapa titik. Tapi aku bersikeras mau lewat Tol Bali Mandara karena lebih sepi, namanya juga jalan tol kan.

Suamiku nggak yakin kalau sepeda motor bisa masuk ke jalan tol, padahal aku pernah nonton berita kalau di Tol Bali Mandara itu ada jalur khusus motor. Karena katanya wanita selalu benar, suami pun nurut apa kata istri, meski sambil ngedumel. 😛

Ada lagi yang bikin panik ketika mau masuk tol, kami belum nyiapin e-toll card. Kami punya kartunya sih, cuman nggak tau ada saldonya apa nggak. Suami makin cemberut aja itu, hahaha.

Untung aku inget kalau pernah isi saldo e-toll card di Jakarta awal tahun 2019 kemarin buat naik KRL. Biaya masuk Tol Bali Mandara untuk kendaraan roda dua cuma Rp 4.500 saja. Jadi, aman deh.

Ada tiga gerbang tol di Tol Bali Mandara, yaitu yang ke arah Tanjung Benoa, Ngurah Rai dan Nusa Dua. Bagi yang tujuannya ke Uluwatu, GWK dan pantai-pantai di Bali Selatan, ambil jalur yang ke arah Nusa Dua ya.

Kita perlu berhati-hati kalau lewat tol ini, karena anginnya tuh kenceng banget, makanya kecepatan kendaraan dibatasi maksimal 40 km/jam saja.

cuma sempet foto begini doang karena takut HP-nya kabur kena angin

Setelah berhasil masuk tol, mendadak mood kami berdua langsung happy lagi. Sumpah pemandangannya bagus banget karena jalan tol ini tuh dibangun mengapung di atas laut.

Mungkin keliatannya receh ya, tetapi bagi kami perjalanan ini seru banget. Bahkan sampai sekarang masih suka senyum-senyum kalau keinget vibe-nya naik motor di jalan Tol Bali Mandara tuh.

Setelah keluar dari tol, perjalanan masih jauh saudara-saudara. Dalam perjalanan ke Uluwatu, kami melewati Garuda Wisnu Kencana dan juga Universitas Udayana Bali. Sebenernya kami pengen mampir dulu ke Pantai Dreamland, tetapi karena takut waktunya nggak cukup, jadi kami memutuskan untuk langsung ke Pura Uluwatu aja.

Kami sampai di Pura Uluwatu sekitar jam 15.00 WITA. Masih ada banyak waktu untuk sekedar duduk-duduk sambil minum es kelapa muda dan berkeliling di sekitar pura sebelum pertunjukan Tari Kecaknya dimulai.

Di area parkir Pura Uluwatu ini banyak banget monyet liar yang bebas berkeliaran. Hati-hati dalam menjaga barang bawaan kalian ya, takutnya direbut sama monyet.

Pertunjukan Tari Kecak diselenggarakan di open air stage Pura Uluwatu. Jadi pengunjung harus masuk ke area pura terlebih dahulu. Untuk masuk ke pura, pengunjung harus membeli tiket masuk yang berbeda dengan tiket Tari Kecak.

loket tiket masuk Pura Luhur Uluwatu

Harga tiket yang tertera di loket tiket adalah Rp 50.000 namun bagi wisatawan lokal hanya diminta membayar Rp 30.000 saja. Untuk jam operasional Pura Uluwatu ini dari jam 07.00-19.00 WITA.

Sebelum masuk ke pura, pengunjung diminta mengenakan kain yang diikatkan ke pinggang. Bagi yang sudah mengenakan pakaian tertutup (bawahan panjang) sepertiku, cukup memakai selempang saja. Sementara suamiku yang pakai celana pendek, harus memakai kain seperti pakai sarung.

pake selempang dan kain dulu sebelum masuk pura

Dari loket tiket menuju pura itu masih harus jalan kaki lumayan jauh. Namun nggak akan berasa capek karena mata disuguhi pemandangan yang cakep banget, berasa kayak lagi musim semi di Jepang cuma bedanya lebih panas aja. 😀

Pura Uluwatu hanya dibuka untuk kegiatan ibadah saja, jadi pengunjung pura hanya dapat melihat bangunan pura yang seperti candi itu dari luar saja.

foto-foto dulu jangan lupa~

Berbeda dengan Pura Tanah Lot yang lokasinya di daratan kecil yang dikelilingi air laut saat pasang, Pura Luhur Uluwatu ini berdiri di atas bukit karang yang tinggi. Jadi pengunjung hanya bisa melihat pemandangan laut dari ketinggian.

Para wisatawan biasanya berkunjung ke Pura Uluwatu pada sore hari untuk menyaksikan pemandangan matahari terbenam. Sunset di Uluwatu memang menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi pariwisata Bali.

Ada tangga yang membentang panjang di pinggir tebing. Disini merupakan spot foto yang paling diminati pengunjung. Rasanya ada yang kurang kalau ke Uluwatu dan nggak foto-foto di tangga ini.

foto-foto lagi sambil nungguin Tari Kecak dimulai~

Semakin sore, semakin banyak pengunjung yang berdatangan untuk menonton pertunjukan Tari Kecak. Bagi yang belum mempunyai tiket Tari Kecak disarankan segera antre di depan loket tiket.

Loket tiket dibuka jam 17.00 WITA, tetapi antrean pengunjung sudah mengular bahkan sebelum petugas tiket datang. Untung aku sudah booking tiket jauh-jauh hari sehingga tidak perlu antre bareng pengunjung yang baru beli tiket on the spot.

atas: antrean tiket on the spot
bawah: dapat tiket fisik setelah menukarkan e-ticket

Bagi yang sudah punya e-ticket tinggal menunjukkan file PDF kepada petugas di bagian belakang loket. Nantinya kita akan diberi tiket fisik serta selembar kertas bertuliskan alur cerita dari tarian yang akan dipentaskan. Pertunjukan Tari Kecak ini akan membawakan kisah Ramayana.

Setelah mendapatkan tiket fisik, segeralah masuk ke venue. Kita bisa memilih tempat duduk mumpung masih sepi karena pengunjung yang membeli tiket on the spot belum masuk.

Tempat duduknya ini bentuknya melingkar dan berundak dengan stage pertunjukan berada di paling bawah. Pilihlah tempat duduk yang menghadap ke laut langsung agar bisa menyaksikan Tari Kecak dengan pemandangan sunset di belakangnya.

Penari biasanya akan berinteraksi dengan penonton di barisan ketiga dari bawah. Kalian bisa duduk di barisan kelima dari bawah atau lebih ke atas lagi, tetapi jangan terlalu atas kalau ingin mendapatkan foto penari sekaligus sunsetnya.

Mendekati pukul 18.00 WITA, bangku penonton mulai dipenuhi pengunjung. Matahari masih tinggi sehingga agak silau, jangan lupa pakai kacamata hitam ya.

Oh ya, pastikan kalian sudah cek perkiraan cuaca di Bali dari beberapa hari sebelumnya ya. Sayang banget kan kalau sudah jauh-jauh sampai Uluwatu ternyata malah hujan. Menurut informasi sih, Tari Kecak akan tetap digelar meski hujan. Namun lokasinya pindah di dalam ruangan, yang mana vibe-nya tentu tidak sama dengan yang digelar di open air stage.

kiri: masih sepi jadi bisa pilih tempat duduk
kanan: bangku penonton sudah penuh

Sebelum pertunjukan dimulai, seorang sesepuh yang berpakaian serba putih masuk ke tengah-tengah stage, menggelar ritual dengan membawa sesaji, dan ada petugas yang menyalakan obor. Selanjutnya MC masuk untuk membuka acara.

Tari Kecak dimulai dengan masuknya puluhan penari pria yang telanjang dada dan mengenakan sarung khas bali. Mereka membentuk formasi duduk melingkar mengelilingi obor dan menari sembari mengucapkan kata “cak-cak-cak” dalam berbagai intonasi beserta kata-kata lain yang terdengar seperti alunan musik.

Kemudian masuklah penari berkostum Rama dan Shinta ke tengah-tengah penari Kecak. Kalian udah pada tau kan kisahnya Rama Shinta ini, yang nantinya Shinta diculik oleh Rahwana dan diselamatkan oleh Hanoman si Kera Putih.

Ketika pertunjukan berlangsung, penonton hening karena terhipnotis oleh aksi para penari. Begitu si Hanoman masuk stage, tawa penonton tak terbendung melihat aksinya yang super kocak. Hanoman juga mendatangi bangku penonton dan menjahili beberapa orang, tentu saja aksinya ini bikin tawa penonton makin membuncah.

kiri: Hanomannya manjat gapura
kanan: Hanoman di tengah-tengah penonton ngajakin selfie
aksi Hanoman memadamkan api dengan kakinya

Sungguh hati ini rasanya berdecak kagum melihat keindahan di depan mata. Duduk bersama pasangan sambil menyaksikan tarian yang indah, iringan musik dari suara mulut yang berirama, serta background semburat senja yang syahdu, semuanya perfect. Sore itu merupakan salah satu hari terindah yang pernah aku jalani selama 30 tahun kehidupanku ini. Hihi.

Setelah pertunjukan selesai, ada sesi foto-foto bareng para penarinya. Aku yang udah kucel itu nggak mau melewatkan kesempatan foto bareng dong, itung-itung buat kenang-kenangan.

nggakpapa aku blur, yang penting penarinya jelas, cantik sekali.. uwu…

Kami pun bertolak dari Uluwatu pukul 19.30 WITA. Lagi-lagi keputusan yang tepat untuk mengendarai sepeda motor selama disana karena begitu pertunjukan Tari Kecak usai, sepanjang perjalanan Uluwatu-Denpasar itu dipenuhi oleh bus-bus pariwisata yang bikin jalanan macet cukup panjang. Kalau naik motor kan bisa nyelip-nyelip dikit.

Kami pun kembali ke hotel di Kuta dengan perasaan bahagia. Rasa capek karena harus menempuh jarak yang jauh dan panas-panasan rasanya terbayar sudah. What an incredible experience!

Kapan-kapan harus disempatkan nonton Sendratari Ramayana di Candi Prambanan nih, pasti lebih wow lagi, secara harga tiketnya lebih mahal dari ini. Yang kelas VIP bisa sampai Rp 450.000 lho!

Waaaa… kenapa panjang banget ceritaku deh. Terima kasih yang udah membaca tulisan ini ya. Jadi makin kangen piknik nggak nih? 😛

2 Comments

  1. Zam

    June 29, 2020 at 12:18 am

    wah, salah satu keinginan juga itu nonton sendra tari Ramayana.. yang tari kecak juga menarik, sih..
    naik motor di tol itu pengalaman yang tak terlupakan tenan yo.. ?
    Bali ini memang menyenangkan kok..

    1. Linda Maya

      June 29, 2020 at 12:18 pm

      ayo mas nnton sendratari di prambanan bareng2 kalau kalian mudik, atau road trip ke bali bareng2 linggar family :))
      yg naik motor di tol itu menyenangkan dan menegangkan sih mas, aku sewa vario tp jebul gabisa banter itu lho. malah nggereng.. tau gt sewa nmax atau pcx sekalian.. wkwkwkw..

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.