Cerita Lebaran
Halo teman2 semuanya, minal aidin wal faizin yaaa… mohon dimaafkan segala perkataan dan perbuatanku yang kurang berkenan di hati kalian semua…
Bagaimana libur lebaran kalian? seru nggak mudiknya?
Hari ini adalah hari pertama masuk kerja (bagi yang kerja), banyak yang bilang masih pada mager karena liburnya kelamaan. Suami pun bilang gitu kemarin malem, tapi pas doi berangkat kerja tadi pagi, aku masih selimutan di kasur, jadi yang sebenernya mager itu siapa. Wkwk.
Lebaranku kali ini berbeda dengan biasanya. Yang biasanya aku mudik cuma 4-5 jam naik mobil, kali ini aku mudik 8-9 jam naik kereta. Kalau naik kereta, jelas bukan ke kampungku di Wonogiri dong, tapi kali ini ke Bogor ke rumah tantenya suamiku, adeknya papa mertua.
Mudik yang berbeda ini sebenernya berpotensi mengacaukan RABRT (rencana anggaran belanja rumah tangga) kami sih. Kami berdua jadi harus mudik dua kali, mudik ke Wonogiri waktu puasa, sama mudik ke Bogor waktu lebaran. Biaya perjalanan, oleh-oleh, kasih THR ortu, kasih angpao lebaran ke ponakan, dan sebagainya menjadi dobel.
Awalnya, papa mertua ngajakin lebaran di Bogor, 2 bulan sebelum puasa. Kami yang selama ini nggak pernah prepare dana mudik, langsung kepikiran dana mudik yang harus dobel kali ini. Niatnya nggak bakalan menyentuh THR dari kantor suami dan tabungan sama sekali, apakah bisa terlaksana?
Pertengahan puasa, kami mudik ke Wonogiri naik mobil. Karena mobilnya jarang dipake, jadi diservis dulu biar siap melewati medan Wonogiri yang lumayan berliku dan menanjak. Biaya servisnya mahal banget dong. Mana pas mau balik ke Jogja, mobilnya trouble lagi, radiatornya cepet panas. Keluar lagi biaya maintenance mobil jadinya.
Kalau dana untuk oleh-oleh bapak ibu, bingkisan parcel lebaran ke saudara-saudara, angpao sama THR ortu udah beres sama klaim BPJS Ketenagakerjaan-ku dari eks kantor. Kalau ada yang tanya, ngapain buru-buru di klaim? kan sayang? Nggak sayang kok karena ya nggak seberapa juga dan nggak tau juga kan aku mau kerja lagi di perusahaan baru atau enggak.
Nah, untuk mudik ke Bogor-nya, kami memutuskan naik kereta ekonomi aja karena kita nggak cuma dua orang, tapi empat orang sama adek ipar. Kalau naik bisnis atau eksekutif, biaya perjalanan PP untuk berempat bisa bengkak dan THR ikut ketilep. Lagian, naik kereta ekonomi bakalan lebih seru kalau bareng-bareng kan.
Alhamdulillah sampai sekarang, uang THR masih aman. Tabungan juga nggak terusik. Berkaca dari pengalaman ini, kayaknya memang penting ya bikin tabungan khusus buat lebaran. Perkara mau mudik ke dua tempat atau enggak, kayaknya memang pengeluaran lebaran selalu akan membengkak dari budget awalnya.
Oke, baiklah, mulai bulan ini aku memutuskan untuk menabung “dana lebaran”. Hmm.. kayaknya tadi niat awalku nulis blog mau cerita keseruan mudik, kok jadi malah bahas dana mudik. Haha. Gapapa ya sekali-sekali, biar kayak financial planner gitu.
Jadi, tanggal 3 Juni, H-2 lebaran kami berangkat ke Jakarta naik KA Bengawan dari stasiun Lempuyangan. Aku sama suami bertemu dengan adek-adek ipar di stasiun. Kereta berangkat pukul 15.30, sampe stasiun Pasar Senen jam 00.30. Yang menarik di perjalanan naik kereta kali ini, petugas KAI membagi-bagikan makanan gratis untuk berbuka puasa ke semua penumpang. Asik kan, hemat uang makan.
Sampai stasiun Senen, kami ya duduk-duduk aja sambil nungguin waktunya sahur. Banyak tenant yang buka 24 jam, jadi nggak perlu khawatir kesusahan nyari makan. Aku sama adik ipar malah cobain kursi pijat juga di ruang tunggu stasiun. Lumayan mengobati pinggang encok karena kelamaan duduk di kereta.
Jam 05.30, kami naik KRL menuju Bogor. Sampai di stasiun Bogor udah dijemput sama sepupunya suami. Papa mertua udah sampe duluan di Bogor sehari sebelumnya karena papa berangkat dari tempat kerjanya di Bandung.
Hari pertama di Bogor, kami cuma tidur, main sama ponakan-ponakan dan buka puasa terakhir di malam takbiran. Paginya, kami sholat Ied di masjid dekat rumah tante. Oiya, tante sedang umrah dan baru balik lebaran hari kedua. Jadi setelah sholat Ied, semua sungkeman sama papa mertuaku aja.
Lebaran di Bogor mirip dengan lebaran di Jogja tapi berbeda jauh sama lebaran di Wonogiri. Di Wonogiri, kami masih keliling-keliling ke rumah tetangga satu RT, terus bertamu ke rumah saudara-saudara. Kalau diem di rumah pun, tamu berdatangan dari pagi sampai malem nggak ada putusnya. Pokoknya seharian itu bakalan capek banget.
Kalau di Jogja dan Bogor, nggak bertamu ke rumah tetangga sebelah rumah sekalipun. Ya namanya juga tinggal di kota ya, nggak sedeket itu sama tetangga dan kebanyakan mereka juga udah mudik ke kampung masing-masing. Jadi kami ya cuma foto-foto aja, terus makan ketupat sama opor ayam, terus agak sorean dikit kami pergi ke makamnya om.
Hal lain yang membedakan lebaran di Wonogiri sama di Bogor adalah, nggak ada pertanyaan basa-basi tahunan seperti kerja dimana? kenapa resign? kapan punya anak? Haha. Ini yang sangat melegakan.
Karena sesungguhnya bosen banget ketika bertamu terus ditanyain pertanyaan yang sama berulang-ulang di setiap rumah. Kayak nggak ada obrolan lain aja. Meskipun aku kangen sama suasana lebaran di kampungku, tetapi ada baiknya juga lebaran di Bogor kan.
Di hari kedua lebaran, menjelang Maghrib, tante pulang umrah. Begitu tante sampai, kita makan-makan lagi dan ada banyak tamu juga. Tante banyak bercerita bagaimana pengalaman puasa disana. Jadi ada keinginan buat umrah suatu saat nanti kalau ada rejeki. Padahal dulu ngebetnya pengen ke Korsel doang kalau pergi ke luar negeri, hehe.
Hari ketiga lebaran, kami jalan-jalan makan di luar, nongkrong di cafe sih lebih tepatnya. Kemudian sore harinya, kami siap-siap packing buat balik Jogja. Kali ini kami naik KA Purwosari Ekspres, kereta tambahan mudik lebaran yang jadwal keberangkatannya jam 00.15. Jadi, kami berempat harus berangkat ke Jakarta abis Maghrib karena harus naik KRL dulu dari Bogor. Papa mertua pulang dari Bogor masih hari Senin langsung ke Bandung.
Kami sampai di Jogja pukul 09.20 dan berpisah di stasiun. Adek-adek ipar kembali pulang ke rumahnya. Sampai rumah, kami langsung tidur saking kecapekannya, udah nggak ada tenaga buat ngeluarin barang-barang dari tas. Sorenya kami masih harus dateng ke acara halal bihalal bareng temen-temen.
Nah beginilah cerita lebaranku. Seru karena something new buat aku yang selalu menghabiskan 28 tahun berlebaran di Wonogiri. Lebaran ke-29 dihabiskan bersama keluarganya suami. Sampai jumpa lagi bulan Ramadan dan Syawal, semoga kita masih bisa bertemu lagi ya.
Leave a Reply